Kamis, 02 Maret 2017

Hotels Bersejarah di Indonesia

Hotel bersejarah Inna Garuda

Nyaman dan kerasan itu kesan pertama yang sering dilontarkan tamu ketika menginap di Hotel Inna Garuda, hotel berbintang 4 di Jl. Malioboro 60 Yogyakarta.Nyaman, karena kesejukan kamar, kelezatan sajian makanan serta lokasinya yang berada di Pusat keramaian kota. Bisa bikin kerasan karena serasa berada di rumah sendiriHotel bersejarah ini menjadi tempat convention dan exhibition yang banyak diminati tamu berbagai kota untuk mengadakan seminar atau pertemuan.
“Kelebihan Inna Garuda karena seringnya dijadikan tempat konvensi dan pameran, baik dari Yogya maupun luar kota “kata Ainul Midfar, General Manager Inna Garuda. Untuk memberikan kenyamanan pada tamunya , kini bahkan sedang merenovasi 185 kamar secara bertahap dan diperkirakan selesai tahun 2007.Sebagian kamar yang telah direnovasi memang terkesan tambah cantik dengan dinding warna muda dan hiasan lukisan.
Kamar yang pernah ditempati Panglima Besar Jenderal Soedirman, kini juga sedang dalam proses renovasi, meski tetap mempertahankan interior masa lalu. Kamar bertarif Rp3juta itu, dulu sering diinapi para pejabat. Lampu gantung dan kuris kayujati masih dipertahankan untuk melengkapi interior kamar  bernama Soedirman Suite  tersebut.
Cagar Budaya
Inna Garuda yang termasuk dalam cagar budaya nasional ini, tidak lepas dari sejarah perjuangan yang didirikan pada zaman pendudukan Belanda. Hotel yang berbentuk cottage  dibangun pada tahun 1908 itu sekaligus termewah di Yogyakarta dengan nama Grand Hotes de Djokja. Mulai dioperasikan pada tahun 1911, kala itu masih terbatas untuk menampung tamu Gurbenur Belanda saja. Tahun 1938 diubah bentuknya menjadi dua sayap utara dan sayap selatan dengan bangunan utama terletak ditengah.
Ketika zaman Jepang tahun 1942 namanya diubah menjadi Hotel Asahi , dan selepas kemerdekaan tahun 1954 berubah lagi namanya menjadi Hotel Merdeka. Perjalanan kemudian , masih lagi tampil dengan nama baru, Hotel Garuda pada tahun 1950 , sejak tahun 1975 pengelolaanya dipasrahkan kepada  PT. NAtour mengubah lagi namanya menjadi Natour Garuda.
Untuk mempertahankan citra sebagai hotel bersejarah, bentuk sayap utara dan sayap selatan tetap dipertahankan tapi bangunan di tengah dijadikan tujuh lantai. Natour Garuda yang berstatus BUMN, melakukan  soft opening  dilakukan 29 juni 1985 oleh Sri Sultan Hamengkubuana IX.
Melihat pesatnya perkembangan parawisata di Yogyakarta khususnya PT Natour kemudian memperluas dengan penambahan kamar sebanyak 120 buah. Selesainya perluasan kamar itu ditandai dengan peresmian oleh Gurbenur D.I.Yogyakarta Sri PAku Alam VIII, tanggal 29 Juni1991.Dengan demikian PT NAtour Garuda memiliki 240 kamar. Perubahan nama Inna Garuda terjadi pada tahun 2001 ketika PT Natour bergabung dengan PT Hotel Indonesia. Inna merupakan nama bisnis kooperat sekaligus nama komersial.Sejak bulan Desember 1945 sampai 1964, Hotel Merdeka hingga Inna Garuda, kamar 911 dan 912 digunakan sebagai Kantor Markas Besar Oemoem (MBO) Tentara Keamanan Rakyat (TKR) pimpinan Panglima Besar Soedirman. Untuk mengenang peristiwa itu, 30 Desember 1996 diresmikan Prasasti PAngsar Jendral Soedirman di Natour Garuda oleh Pimpinan pusat PAguyuban Wehrkreise Yogyakarta (Daerah Perlawanan III) Jenderal (Purn) Soesilo Soedarman (alm).
Mudah diakses
Menurut Ainl, Inna Garuda sangat mudah diakses karena lokasinya di jantung kota. Apalagi kearifan Budaya local sangat membantu melestarikan seperti acara macapat yang berlangsung setiap 35 hari. “Memang tidak seramai tahun 90 ‘ an, tapi budaya ini bisa dipertahankan”, ujar Ainul yang pernah mengelola hotel di Bali. Sebagai Hotel Konvensi, Inna Garuda memiliki sejumlah ruang pertemuan seperti Borobudur, MEndut, Prambanan, Kalasan , Sambisari, Bima, Arjuna, Sadewa, Yudhistira dan Aseann.
“Ruang ruang itu biasanya untuk pertemuan atau seminar dengan jumlah perserta terbatas. Tapi kini ada juga kamar hotel yang bisa disulap jadi ruang meeting  untuk 3-4 orang” papar Ainul yang didampingi Public Relation  Manager Natalia Subarki. Untuk mengenang perjuangan bangsa, di dinding lobi terpasang lukisan raksasa yang menggambarkan peristiwa sejarah di Yogyakarta. Disampin itu ada dua lampu gantung ukuran besar terbuat dari kaca pati beraneka warna.
Untuk urusan santap pagi,siang dan malam tersedia  enam jam di Djokja  Coffe Shop  yang menyajikan berbagai menu. Coffe shop dengan interior kayu ini menempati di ruang lobi. Ada gapura di pintu masuk yang terbuat dari kayu, dan beberapa pohon palm dalam pot sebagai pagar. Di dinding terpajang beberapa lukisan dan salah satu tiang, ada pancuran yang terbuat Dari keramik , yang airnya mengucur secara bertahap, Jika menginginkan masakan Jepang bisa ke Miyagawa Asahi Restaurant. Demikian juga masakan China tersedia di Djanur Kuing Oriental Restaurant. Bagi tamu yang menyukai souvenir  datang saja ke Konter Abadi Jewellery yang terletak di lobi bagian selatan. Tamu bisa memilih sekaligus membeli berbagai kerajinan teruat dari keramik, kayu, bamboo, kulit , perhiasan serta batik.



Inna Garuda Malioboro Yogyakarta is the hotel with a long history and cannot be separated from Yogyakarta. So far, the hotel's name had been changed six times: Grand Hotel De Djokdja, Hotel Asahi, Hotel Merdeka, Hotel Garuda, Natour Garuda, and now Inna Garuda Malioboro Yogyakarta. Here is the brief history of Inna Garuda Malioboro Yogyakarta since named "Grand Hotel De Djokdja" or "Yogyakarta Hotel".

1908 - 1942 : GRAND HOTEL DE DJOKDJA OR "HOTEL JOGJA"

Inna Garuda HotelIn the settlement of Dutch in Indonesia, the colonial government wanted to build a hotel at the strategic location on the center of Yogyakarta, in the Malioboro Street. The cottage hotel, which built in 1908, was the biggest and the most luxurious hotel in Yogyakarta named Grand Hotel De Djokdja which means "Yogyakarta Hotel". It started to operate in the year of 1911 and only accommodate the Dutch military guests. In the 1938 the hotel was reshaped in two wings in the right and left side and the main building in the center of it. Photo is provided by courtesy of www.tembi.org

1942 - 1945 : HOTEL ASAHI

At 1942, Japanese came and conquered Indonesia, including Yogyakarta and the Grand Hotel De Djokdja. Japanese changed the hotel name into Hotel Asahi.

1945 - 1950 : HOTEL MERDEKA

Inna Garuda HotelWith great sacrifice on 17 August 1945, Indonesia declared their freedom. Asahi Hotel was took over by Indonesian and in line with the spirit of freedom at that time the name of the hotel was changed to Hotel Merdeka. In the 1946, Yogyakarta became the capital of Indonesia due to the political and national security situation and the Hotel Merdeka temporarily became the office complex for the governmental cabinet at that time. Dutch tried to conquer Indonesia again and war occurred betwen the colonialist and the Indonesian soldiers. The late Great Commander General Sudirman stayed in the hotel for several months.

1950 - 1982 : HOTEL GARUDA

Indonesian government changed the name of Hotel Merdeka into Hotel Garuda in 1950 and in 1975 the government gave the trust to PT. Natour to run the hotel.

1982 - 2001 : NATOUR GARUDA

Inna Garuda HotelIn the 1982, PT. Natour was trusted by government to renovate Hotel Garuda and upgraded from one star to three stars hotel. The renovation cost about 9 billions rupiah and finished at the end of 1984. To hold the image of historical hotel, therefore the south and north wing building were maintained, but the center building was raised to seven stories. Natour Garuda, which status is BUMN, did the Trial Ceremony with the Great Grand Opening Ceremony on 29 June 1985 at Saturday Legi (which was a good day for Hamengkubuwono IX), and officially opened by Sri Sultan Hamengkubuwono IX-the governor of Yogyakarta. In the 1987 Natour Garuda was officially stated by the government through the tourism, Post and Telecommunication Department as a three stars hotel. Together with the fast tourism development in Indonesia, especially in Yogyakarta, PT. Natour extends the Natour Garuda by adding 120 rooms so that the total is 240 rooms. Sri Paduka Pakualam VIII, the governor of Yogyakarta, officially opened the extension of Natour Garuda on 29 June 1991. It is a special honor that two Kings of Keraton Yogyakarta inaugurated Natour Garuda.

2001 - NOW : INNA GARUDA MALIOBORO YOGYAKARTA

Inna Garuda HotelIn March 2001, PT. Natour merged with PT. Hotel Indonesia; the name of the hotel was changed to Inna Garuda Malioboro Yogyakarta. As an almost-100-years-old hotel, we have all experiences and traditions to satistfy our guests. Whenever you visit Yogyakarta, please stay at Inna Garuda Malioboro Yogyakarta: the legendary hotel in Yogyakarta!

Tidak ada komentar:
Write komentar

Games

Hosting Unlimited Indonesia